Media dan Hegemoni

// // Leave a Comment

Istilah ‘Hegemoni’ pertama kali diperkenalkan oleh Antonio Gramsci (1997). Salah satu teori yang lahir dari rahim ‘Mazhab Frankfurt’. Pembahasan teori ini mencerminkan Minat pada industry kebudayaan yang memperhatikan konsep “superstruktur”,ketimbang basis ekonomi.
Hegemoni merupakan konsep dominasi atau penanaman kerangka berfikir, atau ideology oleh kelas – kelas dominan terhadap kelas yang lemah, atau subordinat. Proses pemaksaan ini dimasukkan melalui budaya yang secara sadar dan dapat meresap. Serta, Hegemoni berperan dalam menginterpretasikan pengalaman tentang kenyataan. Proses interpretasi itu berlangsung secara tersembunyi tapi terjadi secara terus – menerus.
Bisa dikatakan jika Gramsci berpandangan bahwa kelompok-kelompok subordinat menerima gagasan – gagasan, nilai – nilai, maupun tunduk dibawah kepemimpinan kelompok dominan bukan disebabkan secara fisik atau mental mereka dibujuk untuk melakukannya. Juga bukan disebabkan mereka diindoktrinasi secara ideologis. melainkan karena mereka punya alasan- alasan tersendiri.
Menurut Gramsci, hegemoni diamankan, misalnya, karena konsesi dibuat oleh kelompok dominan terhadap kelompok subordinat. Kebudayaan yang dibangun dengan hegemoni akan mengekspresikan keseolah – olahan. Dimana kepentingan yang mendominasi seolah menjadi kebutuhan kepentingan kelompok – kelompok subordinat.
Media massa sendiri memiliki andil dari perananya dalam mentransformasikan dan menyuguhkan nilai-nilai tertentu kepada masyarakat.  Sebab secara fugsinya media memang digunakan untuk memberikan gambaran lain tentang wajah masyarakat, ataupun dunia, disekitar kita. Baik berkaitan dengan kehidupan sosial, hingga politik.  Media menjadi perangkat yang efektif untuk menggiring opini khalayak terhadap suatu hal, bahkan untuk memberikan sebuah stereotype pada hal-hal tertentu.
seperti halnya Iklan melalui melalui tayangan televisi hari ini. Iklan sering dimunculkan secara berulang-ulang dengan frekuensi dan intensitas yang teratur. Proses pengulangan dan penerimaan secara teratur ini akan menimbulkan sebuah kesadaran palsu. Disaat orang –orang mengamini apa yang dikatakan iklan, pemahaman berubah menjadi searah, pemahaman searah yang sesuai dengan arahan (Ideology) iklan tersebut.
Sehingga menjadi kewajaran dimasyarakat akan budaya yang telah dibawa Iklan. Orang secara tidak sadar mengkonsumsi apa yang di tawarkan iklan, mempraktikan tindakan tindakan dalam iklan. Semisal, anggapan bahwa perempuan berkulit putih itu cantik, selain itu tidak. Anggapan ini secara tidak langsung memaksa orang untuk berlomba lomba menjadi putih. Padahal tak setiap orang memiliki warna dasar kulit (pigmen) yang putih. Hal ini tidak saja berimbas pada perempuan saja, laki-laki juga serupa.
Atau bisa dalam konteks lain sebagai contohnya, para elite dunia hari ini sedang memperbincangkan politik sebuah negara di eropa yang dilanda kebangkrutan, colapse secara ekonomi. Sedangkan orang pada umumnya disodorkan dengan tayangan-tayangan sinetron percintaan yang acuh terhadap hal tersebut. Atau disajikan berita-berita yang tak ada kaitanya dengan persoalan tersebut. Bahkan dikatakan menutupi nya.
Hegemoni diterima dan berfungsi karena, dalam pengertian umum, didirikan atas jaminan konsesi  atas kelompok subordinat yang tidak memberikan ancaman terhadap kerangka dominasi secara keseluruhan. Juga perangkat perangkat yang mudah membangun pandangan umum.
Pemahaman terkait Teori Hegemoni ini yang akhirnya memproduksi dan mereproduksi kebudayaan yang diatur, tidak spontan, tereifikasi dan palsu. ketimbang suatu budaya atau hal yang riil.


Daftar Pustaka

Mc.Quail, Denis. 1987. Teori Komunikasi Masa. Erlangga Jakarta
Ritzer, George. 2010. Teori sosiologi : Dari teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial  Postmodern. Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Sim, Stuart dan Van Loon, Borin. 2008. Memahami Teori Kritis. Resist Book. Yogyakarta

Strinati, Dominic. 2009. Popular Culture : Pengantar Menuju Budaya Populer. Ar-RuzzMedia. Yogyakarta.

0 komentar:

Posting Komentar