Di sorot matamu yang nanar
Aku titipkan doa, juga dosa
Sesaat sebelum semuanya jadi bencana
Peluru bersarang di tengkorakmu
Kita sejenak saling menatap, bisu
Cahaya mengambilmu
Aku bertanya
Kau diam
Matamu tetap nanar
Penuh dendam
Diam
Sepi
Angin sepoi
Cerita itu berlalu tanpa saksi
Kau mati di geger-geger merah tahun itu
Dalam diam
Disisakan untuku kutukan
Juga pasung ketidakwarasan
Kau kawanku
Aku mengambilmu
Dan kau mengutuku.
(Ambarawa :2013 : Catattan dari kepala seorang yang mengalami trauma berat)